Oleh: Zaenal Muhtadin
Dewasa ini, kita sering mendapatkan
sebagian umat islam yang minder menunjukan identitas ke-islamannya. Tidak merasa
bangga dengan kemuslimannya. Sebagian pelajar muslim misalnya, tidak mau
bersekolah di sekolah Islam karena dianggap tidak bermutu. Sebagian muslimah
tidak mengenakan hijab karena dianggap kolot, tidak modern. Padahal Allah swt.
telah menjamin, Islam adalah agama yang benar, lurus, diridhoi Allah. Sebagaimana
firman-Nya, “Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS. Ali Imran : 19). Tidak ada agama lain yang lebih tinggi derajatnya daripada
Islam.
Sikap inferior ini adalah penyakit yang sudah mewabah dikalangan umat Islam. Namun hal
ini masih dapat disembuhkan dengan beberapa tips dibawah
ini:
Beragama (berislam) Secara Baik
(taat)
Berislam yang baik adalah bertauhid
kepada Allah secara benar dan lurus. Mengimani kemahatunggalan-Nya dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Kemudian keyakinan ini diringi dengan
amal shalih. Iman yang tertanam dalam hati diwujudkan dalam amal perbuatan,
baik berupa ibadah mahdhah maupun keshalihan sosial. Keshalihan sosial ini
tercermin dalam budi pekerti yang mulia. Karena itu orang yang beragama
seharusnya juga menjadi orang yang baik. Itu semua ditunjukkan dengan
integritas dan kejujuran yang tinggi serta kemauan untuk menolong dan melayani
sesama manusia. Sehingga, seorang muslim yang baik adalah yang benar imannya
dan baik amal perbuatannya.
Menelaah
Sejarah Peradaban Islam
Seorang muslim wajib mengetahui sejarah
peradaban Islam. Merekonstruksi sejarah masa lalu merupakan bekal penting dalam
membangun kembali peradaban Islam yang tenggelam. Mengambil pelajaran, itulah
inti pokok dari sejarah. Maka tak heran kalau al-qur’an banyak mengisahkan
sejarah. Agar umat manusia mangambil pelajaran dari kejatuhan dan bangkitnya
suatu umat. Dihancurkan dan diadzabnya umat terdahulu. Jangan terlalu percaya dengan
sejarah Islam yang tercetak
dibuku-buku pelajaran sekolah. Karena itu salah satu trik kolonialis agar sejarah
Islam tidak menarik
untuk dipelajari, yang ditonjolkan hanya perebutan kekuasaan, saling jegal,
saling bunuh antar sesama muslim. Padahal masih banyak sisi baik dari peradaban
islam yang pantas jadi pemebelajaran.
Islam adalah sebuah agama sekaligus
peradaban. Islam telah sampai pada kegemilangan peradabannya. Menelaah sejarah bukan
untuk terlena dengan kebesaran masa lalu, tetapi sebagai motivasi untuk maju. Menjadi
landasan meraih rasa percaya diri, menghilngkan inferiorisme. Peradaban Islam
sejajar dengan peradaban-peradaban umat lain, bahkan lebih. Ini diakui oleh
ilmuwan Barat sendiri, Jacques C. Reister mengatakan, selama lima ratus tahun
Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya
yang tinggi. Pernyataan lain, Montgomery Watt seorang orientalis inggris
berpendapat, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat
bukanlah apa-apa. Bahkan orang nomor satu Amerika Presiden Barack Obama berkata
“Peradaban berhutang besar pada Islam”. Kalau faktanya seperti ini, bagaimana
mungkin tidak bangga jadi muslim.
Menguasai Sains (Ilmu
Pengetahuan) dan teknologi
Diantara sebab umat Islam mundur bahkan
tertinggal adalah adanya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan sains. Umat Islam
terhipnotis kaum orientalis dan kolonialis dalam memahami agama dan sains.
Antara keduanya laksana dua sisi mata uang,
seperti air dan minyak yang tidak mungkin bertemu. Ini
merupakan agenda kolonialis untuk tetap bisa melanggengkan dominasinya. Padahal
para ulama terdahulu, mereka adalah pakar-pakar dalam bidang agama, dan juga sains. Seperti al-Kindi,
Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, al-Jabar, al-Khawarijmi dan tokoh-tokoh lainnya.
Adapun para ulama sekarang tidak begitu menguasai sains, atau ada yang menguasai
sains tetapi buta ilmu agama. Ibarat burung bersayap sebelah, tidak bisa
terbang. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa ingin dunia hendaklah ia
berilmu, barangsiapa ingin akhirat hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa ingin
keduanya hendaklah ia berilmu.” (HR. Ahmad). Juga dalam al-Qur`an Allah
berfirman: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS.
al-Mujaadilah: 11)
Dalam hadits Nabi
saw. dan ayat al-Qur’an ini memberikan penjelasan akan pentingnya ilmu. Baik untuk
kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di akhirat. Bahkan orang berilmu
derajatnya akan ditinggikan. Disini tidak disebutkan hanya mengusai salah
satunya, tetapi harus keduanya. Tidak dikotomis. Untuk menggapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat diperlukan keduanya.
Menjadi
Pioner di Segala Bidang
Salah satu sebab yang menjadikan
negara-negara barat maju karena mereka menjadi pioner dalam beberapa bidang
kehidupan. Kini Barat telah mampu menjadi pioner dalam kemajuan sains dan
teknologi. Menemukan teknologi luar angkasa, pesawat terbang, alat rumah
tangga, bioteknologi, kedokteran, dan persenjataan. Dari segi informasi juga
mengalami kemajuan luar biasa. Penyampaian informasi yang dahulu memerlukan
waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone, faxsimile,
internet, dapat sampai ke tujuan hanya dalam hitungan detik saja. Tetapi sangat
disayangkan sampai saat ini, kebanyakan ummat Islam masih menjadi pengguna atau
konsumen produk sains, teknologi dan industri yang ditemukan atau dibuat oleh
saintis, teknolog dan industrialis ‘bukan Islam’. Padahal kalau dirunut
kebelakang, dunia Islam pernah menjadi pioner peradaban. Banyak
penemuan-penemuan baru dari para ilmuwan muslim. Seperti Operasi Bedah oleh al-Zahrawi,
Mesin Terbang oleh Abbas Ibnu Firnas, Aljabar oleh al-Khawarizmi, Optik oleh Ibnu
al-Haitham, Teori Relativitas sudah dicetuskan al-Kindi sejak abad ke 8 M, Mesin
Robot oleh al-Jazari. Ibnu Sina ahli kedokteran dan sampai sekarang didapuk
sebagai bapak Kedokteran Modern yang sangat dihormati di Eropa.
Motto Rahmatan Lil ‘Alamin,
adalah spirit para ilmuwan muslim untuk menemukan berbagai penemuan yang
berdaya guna untuk sekalian alam. Barat bangga menjadi barat karena berhasil
dalam sains dan teknologi, mereka telah mengambil peranan penting dalam
pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia. Berhasil menjadi pioner
saat ini. Untuk menumbuhkan kebanggaan sebagai muslim, menumbuhkan rasa percaya
diri seorang muslim maka muslim harus menjadi pioner. Mulailah belajar,
mengkaji dan meneliti berbagai bidang sains dan teknologi. Boleh masyarakat muslim berguru
kepada para Ilmuwan barat di Eropa, Amerika, Jerman, Rusia, Australia, China dan tempat lainnya. Karena Nabi
sendiri sejak abad 6 M sudah menganjurkan “Carilah ilmu walaupun ke negeri
China”. Kemudian ilmu
tersebut di Islamisasi, agar sesuai dengan nilai dan norma Islam. Dengan
itu, maka penguasaan teknologi
dalam masyarakat Islam maju. Produk-produk industri buatan umat Islam mampu
berdaya saing tinggi, sehingga masyarakat Islam dapat memberi manfaat kepada
masyarakat dunia. Sekaligus bangga dengan menjadi muslim. Bangga dengan Islam.
Blogger Comment
Facebook Comment