Oleh: Zaenal Muhtadin
Tidak diragukan lagi, Islam pernah
mencapai zaman keemasan yang gemilang. Pencapaian ini belum pernah dicapai
peradaban manapun sebelumnya. Jacques C. Reister mengatakan, selama lima ratus
tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan
peradabannya yang tinggi. Pernyataan lain, Montgomery Watt seorang orientalis
inggris mengatakan, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya,
Barat bukanlah apa-apa. Bahkan orang nomor satu Amerika Presiden Barack Obama berkata
“Peradaban berhutang besar pada Islam”. Islam menjadi menjadi mainsteam dimasa
kejayaannya.
Kaum Muslimin seharusnya sadar dan mampu
melihat kembali kebesaran peradaban Islam. Dengan ini, bukan berarti mencoba
membangkitkan romantisme sejarah Islam masa lalu yang gemilang. Tetapi melihat
potensi dan memproyeksi sekaligus merekonstruksi untuk kembali hadir di masa
depan. Disaat umat Islam sekarang berada di tengah-tengah hegemoni perabadan
Barat yang sekular, yang mulai tampak rapuh dan semakin kelihatan tanda-tanda
kemundurannya.
Bila kita flash back sejenak,
seperti dinyatakan Dr. Mustafa As-Siba’i bahwa di abad pertengahan sekitar abad
ke-10 M (ke-4 H), kota-kota di dunia Islam menjadi mercusuar peradaban yang berbanding
terbalik dengan Barat. Pada saat itu Eropa berupa hutan-hutan belantara. Sistem
pertaniannya terbelakang. Di Paris dan London rumah-rumah terbuat dari kayu dan
tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu. Binatang ternak merupakan sumber
penghidupan satu-satunya. Sedangkan di dunia Islam, seperti di Baghdad,
Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla gedung-gedung berdiri megah. Taman-taman
hijau mengelilingi kota. Masyarakatnya semua terpelajar. Orang-orang miskin
menuntut ilmu secara cuma-cuma. Sungguh perbedaan yang sangat kontras antara keduanya.
The Golden Age
yang dicapai peradaban Islam, karena memiliki karakteristik yang agung. Hal inilah yang
tidak dimiliki peradaban barat atau peradaban manapun dari semenjak berlangsung
peradaban manusia sampai zaman modern ini. Diantaranya,yaitu:
Peradaban
Islam Berlandaskan Tauhid
Peradaban islam berpijak pada asas wahdaniah
(ketunggalan Tuhan) yang mutlak dalam keyakinan. Peradaban islam adalah
peradaban pertama yang menyerukan bahwa Tuhan itu satu dan tidak mempunyai
sekutu dalam kekuasaan dan kerajaan-Nya. Ketinggian dalam memahami wahdaniah
ini mempunyai pengaruh besar dalam mengangkat martabat manusia, dalam
membebaskan rakyat jelata dari kezaliman raja, pejabat, bangsawan dan tokoh
agama. Tauhid ini tercermin dalam al-Qur’an
sebagai kitab suci umat islam, terkhusus surat al-Ikhlas. Kemudian tauhid
tersebut menjadi worldview peradaban Islam, yang ini tidak ditemukan dalam peradaban
manapun.
Berasas
Kosmopolitanisme
Peradaban Islam bervisi kosmopolitan.
al-Qur`an telah menyatakan kesatuan manusia meskipun berbeda-beda asal-usul
keturunan, tempat tinggal dan tanah airnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah Ta`ala:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
sesungguhnya orang yang paing mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat:13)
Peradaban Islam tidak mengenal nation
yang kecil dan terpecah-pecah. Peradaban Islam menyatukan umat manusia dari
beragam latar belakang ras, bangsa, wilayah geografis, keturunan dan beragam
bahasa. Tanpa menghilangkan jati diri dan identitas masing-masing. Peradaban
Islam dapat membanggakan tokoh-tokoh jenius pembangun istana peradaban. Imam
Malik, imam Syafi`i, Sibawaih, Al-Kindi, Al-Ghazali, dan tokoh-tokoh lain,
mereka berasal dari kebangsaan yang berbeda-beda. Mereka bukan Arab, dari
negeri yang sangat jauh dari Mekkah dan Madinah, namun peradaban Islam telah
menjadikan mereka hidup dalam sebuah negara kosmopolitan, yaitu Khilafah
Islamiyah.
Berpegang
Pada Moral (Akhlak) Yang Agung
Peradaban Islam berpegang pada moral
atau akhlak. Menjadi pegangan pertama bagi setiap sistem dan berbagai bidang
kegiatan. Akhlak
menjadi ciri khas peradaban Islam. Islam tidak mengenal penjajahan dan
eksploitasi kekayaan suatu negeri, apalagi menghina dan memperkosa
wanita-wanita. Para penyebar Islam ke berbagai negeri justru menjadi guru dalam
bidang moral disetiap negeri yang dimasukinya. Sangat kontras dengan peradaban
Barat yang gencar mengekspor free sex, lesbianisme, homoseksual, hedonisme,
liberalisme, pluralisme dan dekadensi moral lain. Barat mengatakan bahwa perilaku
seks sejenis adalah hak asasi manusia. Bahkan di beberapa negara barat secara
hukum telah melegalkan pernikahan sejenis. Padahal
dalam Islam hal tersebut dilarang karena tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Menyatukan
Agama dan Negara
Umumnya peradaban yang dikenal manusia
memisahkan antara agama dengan negara. Seolah dua sisi yang tidak bisa bertemu.
Namun peradaban Islam mampu menciptakan tatanan negara dengan berpijak pada
prinsip-pinsip kebenaran dan keadilan, bersandar pada agama dan aqidah tanpa
menghambat kemajuan negara.
Peradaban Islamlah satu-satunya
peradaban yang tidak memisahkan agama dari negara, sekaligus selamat dari
setiap tragedi percampuran antara keduanya. Kepala negara adalah khalifah
dan amir bagi orang-orang mukmin, tetapi kekuasaan disisinya adalah untuk
kebenaran. Adapun pembuatan undang-undang diserahkan kepada pakar-pakarnya.
Setiap kelompok ulama (ilmuwan) mempunyai spesialisasi sendiri-sendiri, dan
semua sama di hadapan undang-undang, keutamaan yang satu atas yang lainnya
ditentukan oleh taqwanya.
Toleransi
Yang Mulia
Peradaban Islam telah melakukan toleransi
keagamaan yang mengagumkan. Yang belum pernah dikenal oleh peradaban lain yang
juga berpijak kepada agama. Orang yang tidak percaya kepada semua agama atau
Tuhan, tidak aneh jika ia memandang semua agama dan memperlakukan
pemeluk-pemeluknya dengan ukuran yang sejajar. Tetapi pemeluk agama yang
meyakini bahwa agamanya benar dan aqidahnya paling lurus dan sah, kemudian dia
diberi kesempatan untuk memanggul senjata, dan meduduki kursi pengadilan dan
kesempatan itu tidak membuatnya dzalim atau menyimpang dari garis-garis
keadilan, atau tidak menjadikan dia memaksa manusia untuk mengikuti agamanya,
maka orang semacam ini sungguh sangat aneh ada dalam sejarah, dan itulah Islam.
Islam telah mendirikan peradaban Islam
tetapi tidak melecehkan agama-agama lain dan tidak fanatik menghadapi
pendapat-pendapat dan mazhab-mazhab yang beraneka macam. Islam mempunyai
semboyan yang tertuang dalam Al-Qur`an:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam).” (QS. Al-Baqarah: 256)
Inilah lima diantara elemen-elemen pokok
kejayaan peradaban Islam. Hal ini
mejadi sangat istimewa karena perdaban lain tidak memilikinya. Perdaban Islam
tidak bisa dipisahkan dengan Islam (sebagai sebuah Agama).
Blogger Comment
Facebook Comment