Oleh: Zaenal Muhtadin
A. Pendahuluan
Islam
merupakan agama yang terakhir diturunkan. Kedudukannya sebagai penutup dan
penyempurna semua agama di muka bumi.
Sebagai mana dalam surah al Maidah ayat 3 difirmankan Allah SWT. Islam
juga sebuah agama rahmatan lil aa’lamiin untuk semua umat manusia, yang
dibawakan oleh nabi Muhammad SAW melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril
AS.
Untuk
mengetahui islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam.
Dalam term bahasa Inggris terkenal dengan Islamic Studies. Kalau dalam bahasa
Arab ad Diraasaat al Islamiyah. Studi Islam itu sendiri merupakan bidang kajian
yang telah lama ada. Seiring ada bersama dengan kemunculan agama islam itu
sendiri. Berbagai keadaan dan fenomena terjadi di masyarakat menimbulkan
berbagai permasalahan dalam kajian ini. Permasalahan yang umum terjadi
diantaranya hakikat makna Studi Islam, ruang lingkup kajian Islam, urgensi dan
tujuan Studi Islam itu sendiri diadakan.
Terdapat
perbedaan pemahaman mendasar dalam beberapa aspek berkaitan dengan permasalahan
tersebut. Oleh karena itu, penulis berupaya memaparkan dalam penelitian
pengantar studi Islam ini dengan menyertakan berbagai dalil dan referensi pendukung
yang menguatkan dan mengembalikan pemahaman yang benar dan mencerahkan.
B. Pengertian Studi Islam
Term Studi
Islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata Studi dan kata Islam. Kata
Studi memiliki berbagai makna yaitu kajian, telaah, pelajaran, penelitian,
penyelidikan,[1]
mata pelajaran, bahan pelajaran, dan lokakarya.[2]
Kampung Inggris LC (Language Center) menyebutkan kata study dirujuk
berdasarkan pada process of gaining knowledge and skill.[3]
Begitu juga Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa Studi adalah kegiatan
yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan,
mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu ketrampilan.
Sedangkan kata
Islam berasal dari bahasa Arab memiliki makna yang jauh lebih kompleks. Secara
etimologis kata Islam merupakan mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman
yang artinya taat, tunduk (al Inqiyaadu),[4]
patuh, berserah diri kepada Allah. Kata ini berakar pada kata salima yang
berarti selamat, sejahtera, dan damai. Dalam Al Qur’an, kata Islam dengan
berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 73 kali.
Sebagaimana firman Allah SWT Surat Al-Baqarah Ayat
112,
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang
menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala
pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.[5]
Dari kata aslama
itulah terbentuk kata Islam. Kata Islam menjadi sebutan bagi sebuah agama yaitu
Agama Islam. Dalam Al Qur’an disebutkan, “Pada hari ini telah Ku sempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku
ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.[6]
Kemudian dalam surah lain “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam”.[7]
Juga dalam ayat lain firman Allah SWT. "Dan siapa saja yang mencari
agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang merugi”.[8] Dan Isim fail dari kata Islam adalah Muslim.
Kata ini menjadi sebutan bagi orang yang memeluk Agama Islam, menyerahkan diri
kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya. Nama Islam tidak diciptakan oleh
manusia atau malaikat, melainkan langsung dari Allah SWT, Sang Maha Pencipta
dalam firman-Nya..
Adapun makna
Islam secara terminologis sebagaimana yang dirumuskan para ulama dan
cendikiawan bersifat sangat beragam. Salah satu rumusan, Islam adalah agama
yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang isinya bukan hanya
mengatur hubungan manusia dengan tuhan melainkan juga mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan alam jagat raya. Menurut Mahmud Syaltout, Islam secara
istilah adalah :
هُوَ دِيْنُهُ الَّذِي أُوْصِي بِتَعَالِمِهِ
فِيْ أُصُوْلِهِ وَشَرَائِعِهِ إِلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وكَلَّفَهُ بِتَبْلِيْغِهِ لِلنَّاسِ كَافَّةٍ وَدَعْوَتَهُمْ إِلَيْهِ.
“Islam adalah agama Allah SWT yang diwasiatkan dengan ajaranajarannya sebagaimana
terdapat didalam pokok-pokok dan syari‟atnya kepada Nabi Muhammad SAW dan
mewajibkan kepadanya untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia serta
mengajak mereka untuk memeluknya.[9]
Sedangkan
menurut Bin Baz mengatakan, Islam adalah :
الإِسْلَامُ هُوَ الْاِسْتِسْلَامُ لِلّٰهِ
وَالْـخُضُوْعِ لَهُ بِفِعْلِ أَوَامِرِهِ وَتَرْكِ نَوَاهِيْهِ.
Artinya: “Islam adalah ketundukan kepada Allah dan
ketundukan kepada-Nya dengan cara melakukan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya.
Istilah Studi Islam merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu Islamic
Studies, dan dalam penyebutan bahasa Arab yaitu Dirasat al-Islamiyah.
Secara harfiah atau bahasa dapat dinyatakan sebagai Kajian Islam atau kajian
tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam,[10] atau bisa dinyatakan sebagai usaha mempelajari
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.[11] Rosihon Anwar mengatakan studi Islam adalah usaha
sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara
mendalam tentang hal-hal yang berhubungan agama Islam, baik berhubungan dengan
ajaran, sejarah maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.[12] Ringkasnya, Studi Islam atau Kajian Islam diartikan
sebagai pembahasan penelitian tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama
Islam dalam berbagai aspek dan dimensinya.
Usaha
mempelajari agama Islam dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh
kalangan umat islam, melainkan juga dilakukan oleh non muslim. Kajian Islam
oleh kalang di luar umat Islam sudah muncul sejak abad ketiga belas disaat
Islam mencapai Golden Age. Pada abad ke kesembilan belas, dimana dunia Islam
sudah mengalami kemunduran, orang-orang Barat datang lagi ke dunia Islam yang
kedua kalinya dengan membawa sains dan teknologi yang pernah mereka pelajari di
dunia Islam pada abad ketiga belas setelah mereka kembangkan selama enam abad.[13]
Sehingga lahirlah orang Barat yang ahli di bidang ketimuran. Ketertarikan untuk
mengetahui dan mengenal kembali dunia Islam itu, tidak terlepas dari tendensi
politis, ekonomi, agama maupun akademik. Kemudian dalam perkembangan
selanjutnya, lahirlah karya-karya oritentalis dalam bidang arkeologi, sejarah,
bahasa, agama, kesusatraan, etnologi, kemasyarakatan, adat istiadat, politik, ekonomi,
lingkungan dan lain-lain.[14]
Dalam prakteknya studi ke-Islaman yang dilakukan lebih mengarahkan dan menekankan pada pengetahuan tentang
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan ajaran agama Islam dan kekurangan
praktek-praktek pengalaman dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.[15]
Dalam
bahasa Arab, orientalis disebut dengan istisyrq. Menurut Dr.
Affaf Sabrah, oritentalis adalah istilah yang luas yang meliputi semua
kelompok-kelompok yang melakukan studi-studi ketimuran, baik ilmu pengetahuan,
seni, sastra, agama dan sejarah. Timur yang dimaksud meliputi bangsa-bangsa di
Timur seperti India, Cina dan Jepang.[16]
Para cendikiawan
barat yang mengadakan studi tentang dunia timur, termasuk di dalamnya dunia
Islam dikenal sebagai kaum “orientalist” yaitu orang-orang. Sedangkan kata orientalisme
(Belanda) ataupun orietalism (Inggris) menunjukkan pengertian tentang
suatu paham. Jadi orientalisme berarti suatu paham, atau aliran, yang
berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur
beserta lingkungannya.
Studi
keislaman dikalangan umat islam sendirinya tentunya sangat berbeda tujuan dan
motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam.
Dikalangan umat islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami ajaran-ajaran
Islam agar dapat melaksanakan, mengamalkannya dengan benar serta menambah kuat
keyakinan akan kebenaran agama dan ajarannya. Sedangkan diluar kalangan umat
islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktek-praktek
agama dikalangan umat islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan. Namun
sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan, pengetahuan tentang Agama
Islam bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang
bersifat positif maupun negatif.
Penggunaan
istilah studi Islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksud. Pertama,
studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program
pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya, seperti pengkajian
tentang zakat profesi, bank Islam. Kedua, studi Islam yang dikonotasikan dengan
materi, subjek, bidang, dan kurikulum suatu kajian atas Islam, seperti
ilmu-ilmu agama Islam (fikih atau kalam). Ketiga, studi Islam yang
dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian Islam, baik dilakukan
secara formal di perguruan tinggi, maupun yang dilakukan secara non formal, seperti
pada forum-forum kajian dan halaqah-halaqah. Dengan demikian, istilah studi
Islam bisa dipergunakan di kalangan akademis secara bebas.[17]
Pengistilahan
“Pengantar Studi Islam” menjadi sebuah komponen materi kuliah di sebuah
perguruan tinggi yang mengantarkan mahasiswa kepada pengetahuan Agama Islam dan
Ajarannya secara komprehensif (secara luas dan mendalam) sehingga diharapkan
memiliki berbagai aspek dasar-dasar ajaran Islam seperti aqidah, syari’ah,
akhlaq, dan muamalat serta sejarah peradaban Islam.
[1] Kata studi
diakses dihalaman https://www.babla.co.id/bahasa-inggris-bahasa-indonesia/study. pada 13 Oktober 2023, pukul 19:41 wib.
[2] Kata studi
diakses dihalaman https://kamuslengkap.id/kamus/inggris-indonesia/arti-kata/study/.
pada 13
Oktober 2023, pukul 19:45 wib.
[3] Kata study
dirujuk berdasarkan pada “process of gaining knowledge and skill, it is
especially done by students or those who are preparing themselves for a test or
examination.” Artinya, study berfungsi sebagai rujukan pada segala sesuatu yang
berhubungan dengan aktivitas belajar yang berkaitan dengan pelajaran di
sekolah, atau mata kuliah di kampus-kampus. Dinukil dari halaman https://www.kampunginggris.id/perbedaan-learn-vs-study-dalam-bahasa-inggris?k_id=c4408fb0-221f-416d-8adb-853f6217ebb0. pada 13
Oktober 2023, pukul 19:50 wib.
[4] Ibn Zakariya, Abu
Al-Husain Ahmad Ibn Faris. 1994. Mu’jam Al-Maqâyîs Al-Lughah. Beirut :
Dâr Al-Fikr. hal. 487.
[5] QS. Al Baqarah:
112
[6] QS. Al Maidah:
3
[7] QS. Ali Imran:
9
[8] QS. Ali Imran:
85
[9] Syaltout, Mahmud.
1996. Al-Islam Aqidah Wa Syar’iah. Mesir: Dar alQolam. Cet. III. hal. 9.
[10] Tim Penulis
IAIN Sunan Ampel. 2002. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press. hal. 1.
[11] Muhaimin, dkk.
2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam,
diedit oleh Marno. Jakarta: Kencana. hal. 1.
[12] Anwar, Rosihon,
et.al., 2009. Pengantar Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia. hal. 25.
[13] Nasution, Harun.
1995. Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran. Bandung : Mizan. hal.
39-40.
[14] Sou'yb, Yoesoef.
1990. Orientalisme dan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Cet. II. hal. 3.
[15] Muhaimin, dkk.
1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Abditama. hal. 15.
[16] Sabrah, Affaf.
1975. al-Mustasyriqn: Musykilt al-Haarah. al-Qhirah: Dar al Nahah al Arabiyah.
hal. 9.
[17] Nata, Abuddin. 1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada. hal. 104.
KEMBALI BUKA :
Blogger Comment
Facebook Comment