Ditulis oleh : Zaenal Muhtadin
ANALISA
DAN KRITIK SANAD[1]
Hadits tentang syariat tarawih berjamaah
tersebut dalam empat riwayah. Periwayat hadits tersebut yaitu Bukhari, Baihaqi,
Malik dan Abdu ar-Razaq. Untuk menganalisa
hadits tersebut dilakukan dengan methode
I'tibar,
yaitu menyertakan seluruh sanad yang terdapat pada suatu hadits agar dapat diketahui
perawi lain pada sanad yang dimaksud.[2]
Dengan
I'tibar ini akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad dari hadits yang
diteliti, nama-nama perawi, serta metode perawi yang digunakan oleh
masing-masing perawi yang bersangkutan.[3]
Pada penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada jalur periwayatan Abdurrazaq
as-Shan’aniy yang terdapat dalam kitab al-Mushannaf. Hal ini tidak lain agar jelas
validitas kekeliruan tuduhan syi’ah terhadap Umar. Adapun para perowi hadits
yang diriwayatkan oleh Abdu ar-Razak as-Shan’aniy sebagai berikut :
1. Umar
bin Khattab
Nama
lengkap : Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza bin Riyah bin
Abdullah bin Qarthi bin Razah bin ‘adi al-Qurasyi al-‘Adwi Abu Hafsh
Tingkatan
: 1 (shahabi)
Julukan
: Amirul Mukminin
Lahir
: 13 tahun setelah amul
fiil
Wafat
: 23 H di Madinah
Jarh
wa Ta’dil : Seorang pemuka Qurasy yang sangat dihormati dan disegani, ia seorang duta besar
di zaman Jahiliyah, ia sering menjadi utusan quraisy
apabila terjadi peperangan antara mereka. Ia masuk masuk islam setelah 40
laki-laki dan 11 perempuan. Beliau juga termasuk golongan
muhajirin al-awwalin, peserta perang badar, bai’ah ridwan. Di baiat menjadi khalifah
setelah wafatnya Abu Bakar. Ali bin
Abi Thalib mengatakan Sebaik-baiknya manusia setelah Rasulallah adalah Abu Bakar
kemudian Umar bin Khatab.
Guru : Nabi Muhammad Saw, Ubay bin
Ka’ab, dan Abu Bakar as-Shidiq
ra.
Murid
: Murid-muridnya terdiri dari
151 orang, diantaranya Anas bin Malik,
Hasan Bashri, Zaid bin Tsabit, Saad bin Abi Waqash, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin
Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Abdurrahman
bin Abdi al-Qari, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Amru bin Ash, Abu Aswad ad-Daili, Abu Musa al-Asy’ari, Hafshah
binti Umar bin Khattab, ‘Aisyah.
2. Abdurrahman
bin Abdi al-Qari
Nama
lengkap : Abdurrahman bin Abdi al-Qari
Tingkatan
: 1 (bertemu dengan nabi saw)
Kualifikasi
: Tsiqah at-Tabi’in
Julukan
: -
Lahir
: -
Wafat
: Tahun 88 H di Madinah di
Zaman Abdul Malik bin Marwan
Jarh
wa Ta’dil : Abdul Qari Seorang yang tsiqah menurut Ishaq bin Mashur, pernah bertemu
dengan Rasulallah ketika ia masih kecil, para ulama
menggolongkannya sebagai tabi’in, terkadang juga sebagai shahabah.
Guru
: Umar bin Khattab,
Abu Ayub al-Anshari, Abu Thalhah al-Anshari,
dan Abu Hurairah.
Murid
: Saib bin Yazid, Ubaidullah
bin Abdillah bin Utbah, Urwah bin Zubair,
Muhammad bin Abdirrahman bin Abdil Qari, Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri, dll.
3. Urwah bin Zubair
Nama
lengkap : Abu Abdillah Urwah bin Zubair bin al-Awwam bin Khuwailid al-Qurasyi al-Asadi
al-Madani
Tingkatan
: 3 (pertengahan tabi’in)
Kualifikasi
: Tsiqah Hafidz
Julukan
: Abu Abdillah al-Madaniy
Lahir
: pada awal kekhilafahan
Utsman
Wafat
: Tahun 94 H
Jarh
wa Ta’dil : Seorang shalih yang berasal dari madinah, alim, faqih, menguasai banyak hadits. Umar bin Abdul Aziz
mengatakan tiada orang yang lebih
berilmu dari pada Urwah bin Zubair.
Guru
: Murid-muridnya terdiri
dari 62 orang, diantaranya yaitu Jabir bin Abdullah,
al-Hasan, al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Arqam,
Abdullah bin Zubair,
Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin Abdil al-Qari,
Abdullah bin Amru bin ash, Abdurrahman bin Abdi al-Qari, Ali bin Abi Thalib, Amru bin
Ash, Muawiyah bin Abi Sufyan, Abu Hurairah,
‘Aisyah Ummul Mukminin, dll.
Murid
: Muridnya terdiri dari 64 orang, diantaranya
yaitu Ja’far bin Mus’ab,
Habin Maula Urwah bin Zubair, Sa’ad bin Ibrahim bin Abdirrahman bin Auf, Sulaiman bin
Yasar, Abdullah bin Urwah bin
Zubair, Utsman bin Urwah bin Zubair, Umar bin Abdil Aziz, Muhammad
bin Muslim bin Syihab az-Zuhri, Muawiyah bin Ishaq bin Thalhah bin
Ubaidillah, al-Mundzir bin al-Mughirah, dll.
4. Ibnu Syihab
Nama lengkap : Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin
Abdillah bin Syihab bin Abdillah bin al-Harits bin Zuhrah al-Qurasyi az-Zuhriy
Tingkatan :
4 (pertengahan tabi’in)
Kualifikasi :
Tsiqah
Julukan :
Abu Bakar al-Madaniy
Lahir :
-
Wafat :
Tahun 125 H
Jarh wa Ta’dil : Seorang faqih dan hafidz, yang menguasai banyak hadits. Ibnu Saad
mengatakan Ibnu Syihab adalah seorang yang banyak hafalan haditsnya, alim,
faqih dan ahli riwayah.
Guru :
Beliau mempunyai 160 guru, diantaranya yaitu Abu Hurairah, Ibnu Abi Khuzamah,
Muhammad bin Abdullah bin Abas, Amru bin
Syuaib, Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ubaidullah bin Abdillah
bin Umar bin Khattab, Abdurrahman bin Abdu al-Qariy, Abdullah bin Umar
bin Khattab, Anas bin Malik, dll.
Murid
: Muridnya terdiri dari 159 orang, diantaranya
yaitu Malik bin Anas,
Aban bin Shalih, Ibrahim bin Saad az-Zuhriy, Ismail bin Umayah, Ayub bin Musa, Hafs bin Hasan, Sufyan bin
Husain, Muhammad
bin Abdullah bin Muslim bin Syihab az-Zuhri, Musa bin Umair al-Qurasyiy, Hisyam bin Saad, Abu Ayub, dll.
5. Az-Zuhri
Nama lengkap : Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah
bin Syihab bin Abdillah bin al-Harits bin Zuhrah al-Qurasyi az-Zuhriy
Tingkatan :
4 (pertengahan tabi’in)
Kualifikasi :
Tsiqah
Julukan :
Abu Bakar al-Madaniy
Lahir :
-
Wafat :
Tahun 125 H
Jarh wa Ta’dil : Seorang shalih yang berasal dari
madinah, alim, faqih, menguasai banyak
hadits. Ibnu Saad mengatakan az-Zuhri adalah seorang yang banyak hafalan haditsnya, alim, faqih
dan ahli riwayah.
Guru :
Beliau mempunyai 165 guru, diantaranya yaitu Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah,
Abdullah bin Abdullah bin Umar bin Khattab, Sulaiman
bin Yasar, Abdurrahman bin Abd al-Qariy, Urwah bin Zubair, Muslim bin Abdullah bin
Syihab az-Zuhri, Nafi’ bin Abi Anas, Abu Khazamah, Abu Hurairah,
Hindun binti al-Harits al-Farasiyyah,
dll.
Murid
: Muridnya terdiri dari 171 orang, diantaranya
yaitu Abu Ayub, Hisyam
bin Urwah, Hisyam bin Basyir, Musa bin Yasar ad-Dimasyqi, Musa bin Uqbah,
Ma’mar bin Rasyid, Muawiyah bin Salam,
Muhammad bin Abdullah bin Muslim bin Syihab az-Zuhri, Malik
bin Anas, al-Laits bin Saad, Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Dinar, Tsa’labah bin
Suhail, dll.
6. Ma’mar
Nama
lengkap : Ma’mar bin Rasyid al-Azdi al-Hadani Maulahum Abu Urwah al-Bashri
Maula Abdussalam al-Qudsi
Tingkatan
: 7 (Kibar Ttba’i Tabiin)
Kualifikasi :
Tsiqah tsabat
Julukan :
-
Lahir :
96 H
Wafat :
154 H
Jarh wa Ta’dil : Seorang alim, faqih,
Hafidz dan wara’, ia juga orang yang pertama
kali pergi ke Yaman, Abu
Ja’far menambahkan ke Syam dan
Jazirah.
Guru :
Beliau mempunyai 58 guru, diantaranya yaitu Ibrahim bin Maisarah, Sulaiman at-Tamimi, Suhail bin Abi
Shalih, Abdullah bin
Muslim bin Syihab, Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri,
Hisyam bin Urwah, dll.
Murid
: Muridnya terdiri dari 43 orang, diantaranya
yaitu Sofwan bin Isa az-Zuhri,
Abdullah bin Mubarak, Abdu ar-Razaq bin Hamam, Abdullmalik
bin Juraij, Muhammad bin Umar al-Waqidi, Mu’tamar
bin Sulaiman, Hisyam bin Yusuf as-Shan’ani, dll.
7. Abdu
ar-Razaq
Nama
lengkap : Abdu ar-Razaq bin Hamam bin Nafi’ al-Humairi maulahum al-Yamaniy
Tingkatan
: 9 (Shigar Atba’i Tabiin)
Kualifikasi :
Tsiqah
Julukan :
Abu Bakar as-Shan’aniy
Lahir :
126 H
Wafat :
211 H
Jarh wa Ta’dil : Seorang Hafidz, alim, dan pengarang terkenal, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa ia seorang sebaik-baiknya perkataan, dan dikatakan dia tasyayyu’ seperti dikatakan Abdullah bin Ahmad bin Hanbal.
Guru :
Beliau mempunyai 65 guru, diantaranya yaitu Abu Bakar bin ‘Iyasy, Ma’mar
bin Rasyid, Malim bin Anas, Ikrimah bin ‘Imar, Abdullah bin Mubarak,’Ibad bin Rasyid
al-Bashriy, Hasan bin ‘Imarah,
Said bin Basyir, dll.
Murid
: Muridnya terdiri dari 81 orang, diantaranya
yaitu Ibrahim bin Musa
ar-Raziy, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Ishaq bin Ibrahim at-Thabariy, Yahya bin
Mu’in, Waki’ bin Jarrah, dll.
Hasil kajian atas takhrij hadits riwayat Abdu ar-Razaq dapat disimpulkan bahwa hadits ini shahih. Tampak adanya kerterkaitan antara satu sanad dengan sanad lain. Hubungan antara satu sanad dengan sanad sebelumnya sangat jelas dan sangat kuat. Maksud dari hubungan sanad adalah hubungan seorang guru dengan murid yang terus saling menyambung. Sehingga derajat hadits shahih dapat tercapai karena ittishal sanad-nya.[4] Begitu pula, tampak pada biografi di atas semua menggambarkan tidak adanya sanad yang perlu diragukan. Tampak bahwa semua perawi minimal berstatus tsiqoh. Jarhu wa Ta’dil dari Abdurrahman bin Abdi al-Qari adalah ‘tsiqoh’, Urwah bin Zubair adalah ‘tsiqoh hafidz’, Ibnu Syihab adalah ‘tsiqoh’, Az-Zuhri dengan nama lengkap Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab bin Abdillah bin al-Harits bin Zuhrah al-Qurasyi az-Zuhriy adalah ‘tsiqoh’, dan Ma’mar bin Rasyid adalah ‘tsiqoh tsabat’.
Sedangkan jika dilihat dari mukharrij maka Bukhari, Baihaqi, Malik dan Abdu ar-Razaq yang kesemuanya bersumber dari Abdurrahman bin Abdi al-Qari sebagai satu-satunya sahabat yang meriwayatkan hadits dari Umar bin Khaththab. Kemudian, dari keempat mukharrij yang mengeluarkan hadits, yang berbeda hanya perawi pertama setelah mukharrij sampai Ibnu Syihab, setelah itu semua perawi sama yaitu Urwah bin Zubair dan Abdurrahman bin Abdi al-Qari. Seperti dalam riwayat Abdu ar-Razaq dimulai dari Ma’mar, Az-Zuhri, Ibnu Syihab, Urwah bin Zubair, Abdurrahman bin Abdi al-Qari, dan berakhir di Umar bin Khaththab. Adapun dalam riwayat Malik yang dimulai dari Yunus bin Yazid, Ibnu Sam’an, dan al-Laits bin Saad. Begitu juga dengan Baihaqi dimulai dari Abu Ahmad Abdullah bin Muhamma bin al-Hasan al-‘Adl, Abu Bakar Muhammad bin Ja’far al-Muzakki, Muhammad bin Ibrahim al-‘Abdi, Ibnu Bukair, dan Malik. Sedangkan dalam Shahih Bukhari langsung ke Ibnu Syihab, Urwah bin Zubair, Abdurrahman bin Abdi al-Qari, dan berakhir di Umar bin Khaththab. Dari keempat perowi tersebut yaitu Abdu ar-Razaq, malik, Baihaqi, dan Bukhari bertemu pada satu rawi yaitu Ibnu Syihab.
Sanad hadits riwayat Abdu ar-Razaq menunjukkan keterkaitan yang erat dari para perawinya satu sama lainnya. Setiap perowi mencapai derajat tsiqoh. Semua sanadnya bersambung sampai Umar serta terhindar dari syadz[5] dan 'illah[6]. Dengan demikian hadits ini berkualitas shahih. Berdasarkan jumlah perawi pada tingkat pertama, Abdurrahman bin Abdi al-Qari satu-satunya sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut yang ada pada seluruh sanad hadits terkait, maka hadits tersebut berstatus ahad, karena hanya dikeluarkan oleh satu orang yaitu al-Qari.
Bila ditinjau dari ketersambungan sanad
kepada sumber hadits yaitu Rasulallah saw maka hadits ini digolongkan kepada
hadits Mauquf. Kata Mauquf sendiri berasal dari waqf yang berarti berhenti.
Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada sahabat. Hadits mauquf
menurut istilah adalah perkataan atau perbuatan atau taqrir yang
disandarkan kepada sahabat Nabi Muhammad
saw dan tidak sampai kepada Nabi Muhammad saw baik bersambung sanadnya kepada
Nabi saw maupun tidak bersambung.[7]
Hadits mauquf adalah berita yang disandarkan sampai kepada sahabat saja, baik
yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung
maupun terputus.[8] Hadits
yang menceritakan shalat tarawih berjamaah berhenti di Umar bin Khaththab ra,
shahabat nabi Muhammad saw.
[1] Kata sanad atau as-sanad
berasal dari kata sanada, yasnudu yang berarti mutamad
(sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang sah).
Dikatakan demikian karena, karena hadist itu bersandar kepadanya dan dipegangi
atas kebenaranya. Secara temionologis ialah silsilah orang-orang yang
mehubungkan kepada matan hadis. Silsilah orang maksudnya ialah susunan atau
rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang
disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang berupa perbuatan, perkataan,
taqrir, dan lainya merupakan materi atau matan hadits.
[2] M.
Syuhudi Isma'il, Metodologi Penelitian Hadith Nabi, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), hal. 52-53.
[3] M.
Syuhadi Isma'il. Kaidah Kesahihan Sanad Hadith Tala’ah Kritis dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hal.
175-176.
[4] Syamsuddin Abu al-Khair Muhammad
bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abi Bakar bin Utsman bin Muhammad as-Sakhawi, Fathul
Mughits bi Syarh al-Fiyah al-Hadits Lil ‘Iraqi, Muhaqiq Ali Husain Ali,
(Mesir: Maktabah Sunnah, 2003), Cet. 1, Jilid 1, hal. 119.
[5] Hasan bin Muhammad al-Masyath
al-Maliki, at-Taqrirat as-Saniyah Syarh al-Mandhumah al-Baiquniyah Fi
Mustholahil Hadits, Muhaqiq Fawaz Ahmad Zamrali, (Bairut: Darul Kutub
al-Arabi, 1997), cet. 4, hal. 10.
[6] Subhi Ibrahim as-Shalih, Ulumul
Hadits Wa Musthalahuhu, (Bairut: Darul Ilmi Lil Malayyin, 1983), Cet. 5, hal.
180.
[7] Nuruddin Muhammad Atrul Halabi, Manhajun
Naqdi Fi Ulumil Hadits, (Damaskus: Darul Fikr, 1997), Cet. 3, hal. 326.
[8] Fatchur Rahman, Ikhtisar
Mushthalahul Hadits, (Bandung: al-Ma’arif, 1974), hal. 225-226.
Blogger Comment
Facebook Comment