Studi Hadits: Analisis Terhadap Shalat Tarawih Berjamaah dalam Perspektif Ahlu Sunnah dan Syi’ah (Bagian 6)




Ditulis oleh : Zaenal Muhtadin


Mari kita bandingkan dengan teks aslinya yang diambil dari kitab Shahih Bukhari, dibawah ini teks aslinya :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ المُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي المَسْجِدِ، فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ، ثُمَّ صَلَّى مِنَ القَابِلَةِ، فَكَثُرَ النَّاسُ، ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ، فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ: «قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ الخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. رواه البخاري.[1]

Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, berkata: telah menceritakan Malik dari Ibnu Syihab, dari Urwah bin Zubair, dari ‘Aisyah Ummul Mukminin ra, berkata: "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada suatu malam shalat di masjid lalu para shahabat mengikuti shalat beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) beliau shalat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti shalat Nabi n), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan." HR. Bukhari.

Penulis Syiah ini telah melakukan ketidakjujuran ilmiah dalam mengutip hadits, ia telah mendekonstruksi hadits sehingga dipandang tidak ada penjelasan tersebut, dalam pengutipan ia yang hanya menterjemahkan saja tanpa menyertakan teks aslinya tidak melakukan kutipan secara lengkap, kemudian menambahkan keterangan bahwa dalam teks hadits tersebut tidak ada penjelasan “dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan”, padahal dalam teks aslinya sangat jelas termaktub. Dan juga melemahkan hadits Bukhari, dengan mengatakan terdapat rawi yang lemah. Hujjah Syi’ah ini merupakan hal yang dibuat-buat, untuk menelikung pemahaman yang benar. Dalam kitab Syi’ah sendiri, seorang ulama yang dianggap otoritatif membenarkan adanya shalat tarawih berjamaah. Seperti yang diriwayatkan al-Kulaini dalam kitab al-Kafi, mengatakan :

عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ الْبَقْبَاقِ وَ عُبَيْدِ بْنِ زُرَارَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) يَزِيدُ فِي صَلَاتِهِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِذَا صَلَّى الْعَتَمَةَ صَلَّى بَعْدَهَا فَيَقُومُ النَّاسُ خَلْفَهُ فَيَدْخُلُ وَ يَدَعُهُمْ ثُمَّ يَخْرُجُ أَيْضاً فَيَجِيئُونَ وَ يَقُومُونَ خَلْفَهُ فَيَدَعُهُمْ وَ يَدْخُلُ مِرَاراً قَالَ وَ قَالَ لَا تُصَلِّ بَعْدَ الْعَتَمَةِ فِي غَيْرِ شَهْرِ رَمَضَانَ.[2]

Artinya :
“‘Ali bin Ibrahim, dari Muhammad bin ‘Iisa bin ‘Ubaid, dari Yunus, dari Abul-‘Abbas Al-Baqbaq dan ‘Ubaid bin Zurarah, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salam), ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa ‘alihi menambahkan shalatnya pada bulan Ramadlan, yaitu apabila beliau shalat ‘atamah (‘isyaa’), beliau melakukan shalat setelahnya. Lalu orang-orang berdiri bermakmum di belakang beliau. Lalu beliau masuk dan membiarkan mereka. Lalu beliau keluar, dan mereka kembali datang dan berdiri makmum di belakang beliau. Lalu beliau membiarkan mereka dan masuk ke rumah beliau beberapa kali. Abu ‘Abdillah berkata : Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa sallam) bersabda : “Janganlah kalian shalat setelah ‘atamah selain pada bulan Ramadlaan”.

Bila dicermati riwayat ini mirip atau sama dengan hadits riwayat Imam Bukhari terdahulu dengan jumlah atau shighah yang berbeda. Tidak ada keterangan tegas dari Rasulullah saw. dalam riwayat orang Syi’ah ini larangan shalat tarawih berjama’ah di bulan Ramadlaan. Rasulullah mengimami shalat sunnah (tarawih) berjamaah. Kemudian dalam riwayat lain, dikatakan:

وسألته عن قيام شهر رمضان هل يصلح ؟ قال :  لا يصلح إلا بقراءة ، تبدأ فتقرأ فاتحة الكتاب ، ثم تنصت لقراءة الامام ، فإذا أراد الركوع قرأت ( قل هو الله أحد ) وغيرها ، ثم ركعت أنت إذا ركع ، فكبر أنت في ركوعك وسجودك كما تفعل إذا صليت وحدك ، وصلاتك وحدك أفضل.[3]

Artinya :
“Dan aku (‘Ali bin Ja’far) pernah bertanya kepadanya (Musa bin Ja’far) tentang shalat (tarawih) di bulan Ramadlaan, apakah ia baik ?. Ia menjawab : “Tidak baik, kecuali dengan qira’at. Engkau mulai dengan membaca Al-Fatihah, kemudian engkau diam karena qira’at imam. Jika engkau hendak rukuk, bacalah Qul-huwallaahu ahad dan selainnya. Lalu engkau rukuk. Jika engkau rukuk, bertakbirlah dalam rukukmu dan sujudmu sebagaimana yang engkau lakukan apabila engkau shalat seorang diri. Namun shalatmu seorang diri (munfarid) lebih utama”.

Konteks shalat yang ditanyakan ‘Ali bin Ja’far adalah shalat tarawih. Musa bin Ja’far atau Musa Al-Kadhim (imam Syi’ah ke-7) membolehkan shalat tarawih berjama’ah, hanya saja ia berpendapat bahwa afdhal-nya shalat sendirian.
Imam Nawawi mengatakan bahwa shalat tarawih hukumnya sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama.[4] Dalam riwayat Abbas dan Abu Ishaq mengatakan bahwa shalat tarawih berjamaah lebih afdhal dari pada sendirian, berdasarkan ijma’ sahabat dan kesepakatan ulama di berbagai daerah.[5] Kemudian pendapat ini dikuatkan oleh perkataan Al-Khatib As-Syarbini bahwa para ulama sepakat adanya sunah shalat tarawih, dan mereka sepakat keutamaan shalat tarawih seperti yang disebutkan dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosanya yang telah lewat dan yang akan datang.[6]
Tarawih adalah syiar Ahlu Sunah. Seluruh kaum muslimin sepakat, tarawih berjamaah adalah sunnah, sebagaimana keterangan para ulama tersebut. Para Shahabat dan Salafus Salih yang pantas dan patut diteladani dalam mengamalkan suatu ibadah. Merekalah yang pertama dan lebih utama. Mereka hidup dalam masa yang lebih baik, dekat dengan atau bersama Rasulullah saw. Wallahu A’lam Bi as-Shawab.

PENUTUP
Perdebatan mengenai shalat berjamaah tarawih di Bulan Ramadhan merupakan masalah yang telah berlangsung lama. Kontroversi ini didasarkan pada hadits yang sanadnya berakhir di Umar bin Khattab. Hadits tersebut memiliki derajat kedudukan hadits shahih, baik ditinjau dari sanad maupun matannya. Kajian terhadap empat periwayatan hadits yaitu Bukhari, Baihaqi, Imam Malik dan Abdurrazaq menunjukan hasil yang sama. Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu ‘Anhu, mendapati orang-orang di masjid ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada juga yang berjamaah, dan akan lebih baik jika mereka shalat dalam satu jamaah dengan seorang imam. Shalat tarawih berjamaah di masjid yang dilakukan Umar bukanlah sesuatu yang baru, melainkan pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Shalat tarawih di masjid adalah sunnah, begitu juga shalat malam di rumah juga sunnah.
Namun demikian, tuduhan kelompok Syi’ah bahwa berjamaah dalam melaksanakan shalat tarawih merupakan bid’ah adalah tidak benar. Salah satu prinsip Syi’ah adalah kebencian yang setengah mati kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Saking bencinya  mereka kepada Umar, hingga mereka jadikan kutukan kepada Umar, sebagai bagian dari syahadat Syi’ah, dan menolak segala jenis apapun yang berasal dari Umar dan Shahabat pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA

al-‘Aini, Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad bin Musa bin Ahmad bin Husain al-Ghitabi al-Hanfi Badruddin, Umdatul Qaari Syarh Shahih al-Bukhari, (Bairut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, t.t.).
al-‘Asqalani, Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath Al-Bari fi Syarh Shahih Al-Bukhari, (Bairut: Darul Ma’rifah, 1379).
al-ʼAmili, Muhammad Bin Hasan Al-Hur, Wasā’il Asy-Syìʻah, (Bairūt : Muasasah Āli Bait Lì Ihyāʼ At-Turats, 1414).
al-Azdiy, Ali bin al-Hasan al-Hunaiy, al-Munjid Fi al-Lughah, Tahqiq Ahmad Mukhtar Umar, (Kairo: ‘Alimu al-Kutub, 1988).
al-Azhari, Muhammad bin Abdulbaqi bin Yusuf az-Zarqani al-Misri, Syarh az-Zarqani ‘Ala Muwatha al-Imam Malik, Tahkik Thaha Abdul Rauf Sa’ad, No. Hadits 251, (Kairo: Maktabah as-Tsaqafah ad-Diniyah, 2003).
al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa Al-Khusrauijrdi Al-Khurasani, Manaqib asy-Syafi’i, Tahqiq as-Sayyid Ahmad Shaqr, (Kairo: Dar at-Turats, 1970).
______, Abu Bakar Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa al-Khurajirdiy al-Khurasaniy, as-Sunan al-Kubra, Muhaqiq Muhammad Abdul Qadir ‘Atha, Hadits No. 4275, (Bairut: Darul Alamiyah, 2003).
al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Ja’fi, Shahih al-Bukhari, Muhakik Muhammad Zuhair bin Nashir an-Nashir, No. Hadits 2010, (Bairut.: Daruthuq an-Najah, 1422).
al-Ghamidi, Said bin Nashir, Haqiqah al-Bid’ah wa Ahkamuha, (Riyad: Maktabah ar-Rasyd, t.t.).
al-Hakim, Abu Abdillah al-Hakim Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Hamduwiyah bin Nuaim bin, al-Mustadrak ‘Ala Shahihain, Muhaqiq Musthafa Abdul Qadir ‘Atha, Hadits No. 1608, (Bairut: Darul Kutub al-Alamiyah, 1990).
al-Halabi, Nuruddin Muhammad Atr, Manhajun Naqdi Fi Ulumil Hadits, (Damaskus: Darul Fikr, 1997).
al-Jabarin, Abdullah bin Abdul Aziz bin Hamadah, Tashil al-Aqidah al-Islamiah, (t.k.: Dar al-Ushaimi Linnasyr wa at-Tauzi’, t.t.).
al-Jadi,’Abdullah bin Yusuf, Tahriru Ulumil Hadits, (Bairut: Muassasah ar-Rayan, 2003).
al-Jurjaniy, Abu Bakar Abdul Qahir bin Abdurrahman bin Muhammad al-Farisiy, Darju ad-Durari Fi Tafsiri al-Ayi wa as-Suwari, (Britania: Majalah al-Hikamah, 2008).
al-Kulaini, Muhammad Bin Ya’kub, Rauḍah Al-Kāfi, (Bairūt: Mansyūrāt al-Fajr, 2007).
al-Majlisi, Muhammad Baqir Bin Muhammad Taqiy, Bihār al-Anwār Al-Jāmiʻah Lidururi Akhbār Al-ʼAimah Al-Aṭhār, (Bairūt: Muassasah Al-‘Alamì, 2008). 
al-Maliki, Hasan bin Muhammad al-Masyath, at-Taqrirat as-Saniyah Syarh al-Mandhumah al-Baiquniyah Fi Mustholahil Hadits, Muhaqiq Fawaz Ahmad Zamrali, (Bairut: Darul Kutub al-Arabi, 1997).
al-Musawi, Abdul Husain Syafaruddin, Isu-Isu Penting Ikhtilaf Sunnah Syi’ah, (Bandung: Mizan, 1991).
al-Qazwaini, Ibnu Majah Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Muhaqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Hadits No. 1327, (t.k.: Darul Ihya al-Kutub al-Rabi, 2009).
al-Qurthubi, Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abd al-Bar bin ‘Ashim an-Namiri, Jamiu’ Bayan al-Ilmi wa Fadhailihi, Tahkik Abu al-Asybal az-Zuhairi, (Saudi Arabia: Dar Ibnu al-Jauzi, 1994).
an-Naisaburiy, Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah bin al-Mughirah bin Shalih bin Bakar as-Silmiy, Shahih Ibnu Khuzaimah,  Tahqiq Mhammad Musthafa al-‘Adhomiy, No. Hadits 1887, (Bairut: al-Maktab Al-Islamiy, 1423 h/2003 m).
an-Nawawi, Abu Zakarya Muhyiddin bin Syarf, Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, (Jeddah: Maktabah al-Irsyad, t.t.).
as-Sakhawi, Syamsuddin Abu al-Khair Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abi Bakar bin Utsman bin Muhammad, Fathul Mughits bi Syarh al-Fiyah al-Hadits Lil ‘Iraqi, Muhaqiq Ali Husain Ali, (Mesir: Maktabah Sunnah, 2003).
as-Shadiq, Ibnu Imam Ja’far, Masaail ‘Aliy bin Ja’far, Tahqiq Muassasah Ali al-Bait Li Ihya at-Turats, (Qum: Mahr, 1409).
as-Shalih, Subhi Ibrahim, Ulumul Hadits Wa Musthalahuhu, (Bairut: Darul Ilmi Lil Malayyin, 1983).
as-Shan’aniy, Abu Bakar Abdul ar-Razaq bin Hamam bin Nafi’ al-Humairiy al-Yamaniy, al-Mushannaf, Muhaqiq Habib ar-Rahman al-Udzma, Hadits No. 7723, (Bairut: al-Maktab al-Islamiy, 1403).
as-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar Al-Azdi, Sunan Abu Daud, Muhaqiq Syuaib Arnauth, Hadits No. 1373, (Bairut: Dar ar-Risalah al-Alamiah, 2009), Jilid 2, hal. 254.
as-Syaibani, Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Muhaqiq Syuaib Arnauth, Hadits No.18402, (t.k.: Muassasah ar-Risalah, 2001).
as-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah, Nailul Authar, Tahkik ‘Ishamuddin as-Shababithi, (Mesir: Darul Hadits, 1993).
asy-Syarbini, Syamsuddin Muhammad bin al-Khatib, Mughni Al-Muhtaj Ila Ma’rifah Ma’ani al-Alfadz al-Manhaj, (Bairut: Dar al-Ma’rifah, t.t.).
az-Zahrani, Abu Yasar Muhammad bin Mathar bin Utsman Ali Mathor, Ilmu ar-Rijal Nasyatuhu Wa Tathowuruhu Min al-Qarni al-Awwal Ila Nihayah al-Qarni at-Tasi’, (Riyad: Darul Hijrah, 1996).
Hisamuddin, Abu Hasan Ubaidullah bin Muhammad Abdussalam bin Khan Muhammad bin Amanullah bin, Mura’atul Mafaati Syarh Misykat al-Anwar, (Binarisil Hindi: Idaratul Buhuts al-Alamiah wa ad-Dakwah wa al-Ifta, 1984).
Isma'il, M. Syuhadi. Kaidah Kesahihan Sanad Hadith Tala’ah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. (Jakarta: Bulan Bintang, 1988).
______, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadith Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Muslim, Abdullah bin Wahab bin, Muwatha Abdullah bin Wahab, Muhaqiq Hisyam Ismail as-Shiniy, No. Hadits 272, (ad-Dimam: Dar ibnu aj-Jauziy, t.t.).
Musthafa, Ibrahim, dkk, al-Mu’jam al-Washith, (Kairo: Dar ad-Dakwah, t.t.).
Rahman, Fatchur, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung: al-Ma’arif, 1974).
Syuhbah, Muhammad bin Muhammad bin Suwailam Abu, Difa’ ‘An as-Sunnah Wa Raddu Syubhi al-Mustasyriqin Wal Kitab al-Muashirin, (Kairo: Majma’ al-Buhuts al-Islami, 1985).


[1] Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Ja’fi al-Bukhari, Shahih al-Bukhari.....Jilid 2, hal. 50.

[2] Diriwayatkan oleh Muhammad Bin Ya’kub Al-Kulaini, Rauḍah Al-Kāfi, (Bairūt: Mansyūrāt al-Fajr, 2007), Cet. 1, Juz 4,  Hal. 154-155. Dan diriwayatkan juga oleh Muhammad Baqir Bin Muhammad Taqiy Al-Majlisi, Bihār al-Anwār Al-Jāmiʻah Lidururi Akhbār Al-ʼAimah Al-Aṭhār, (Bairūt: Muassasah Al-‘Alamì, 2008). Cet. 1, Juz 16,  Hal. 378. 
[3] Ibnu Imam Ja’far as-Shadiq, Masaail ‘Aliy bin Ja’far, Tahqiq Muassasah Ali al-Bait Li Ihya at-Turats, (Qum: Mahr, 1409), hal. 261.
[4] Abu Zakarya Muhyiddin bin Syarf an-Nawawi, Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, (Jeddah: Maktabah al-Irsyad, t.t.), Juz 3, hal. 526.
[5] Ibid
[6] Syamsuddin Muhammad bin al-Khatib asy-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj Ila Ma’rifah Ma’ani al-Alfadz al-Manhaj, (Bairut: Dar al-Ma’rifah, t.t.), Juz 1, hal. 459.


Share on Google Plus

About Zaenal Muhtadin

Adalah Sebuah keputusan This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment